Ronald Pohan

From ChoralWiki
Revision as of 00:48, 6 March 2017 by CHGiffen (talk | contribs) (Text replace - " {{WikipediaLink" to " {{WikipediaLink")
Jump to navigation Jump to search

Kehidupan

Ronald Pohan lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 7 Juni 1942. Beliau berasal dari keluarga pemusik sederhana. Ayahnya bernama Ephaproditus Lawrensius Pohan–Siahaan, lebih akrab disapa E. L. Pohan berasal dari kota Sibolga, Tapanuli Tengah adalah seorang tokoh Paduan Suara Indonesia, dan ibunya bernama Siti Melia Boru Nainggolan berasal dari Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan. Ronald Pohan adalah anak tertua dari 7 bersaudara. Selain kedua orang tuanya, beliau diasuh pula oleh kakeknya Thomas Pohan, seorang pembuat alat musik Hasapi (Kecapi). Pada tahun 1949, beliau menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) kelas I. Pada tahun yang sama, ayahnya merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Setahun kemudian, beliau dan ibunya menyusul ke Jakarta dan melanjutkan sekolahnya di Sekolah Rakyat Kristen Kernolong – Kwitang. Pada waktu kelas 2 SMP, beliau lari dari rumah orang tuanya ke rumah tantenya di Lampung. Hal ini disebabkan karena keinginannya untuk memperoleh pendidikan musik tidak dipenuhi oleh orang tuanya diakibatkan kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan. Beliau kembali ke rumah orang tuanya setelah dijemput oleh ayahnya dengan janji akan disekolahkan di sekolah musik. Setelah menamatkan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1959, beliau melanjutkan pendidikan di Sekolah Guru Agama Kristen Salemba, di mana pada saat itu ayahnya Ephaproditus Lawrensius Pohan menjadi kepala sekolah. Di sekolah ini ia memulai pelajaran musiknya dan mendapat bimbingan langsung dari ayahnya. Pada usia 17 tahun, beliau mengambil kursus piano untuk pertama kali di Yayasan Pendidikan Musik Jakarta di bawah bimbingan seorang guru piano berkebangsaan Rusia, yaitu Mr. Reversye.

Perjumpaan Dengan DR. John Finley

Pada waktu beliau duduk di kelas 2 SGA Kristen Salemba, sekolah ini dikunjungi oleh seorang tokoh musik Amerika Serikat yakni DR. John Finley Williamson, pendiri Westminster Choir College di Princeton, tempat beliau menempuh studi selanjutnya. Akan tetapi, dalam kaitan dengan studi beliau di Westminster Choir College di Princeton, USA bukan atas rekomendasi DR. John Finley. Dalam masa studi beliau di Westminster Choir College, sangat disayangkan beliau tidak sempat berjumpa dengan DR. John Finley Williamson karena telah meninggal dunia. Adapun kunjungan DR. John Finley Williamson bersama istrinya ke Indonesia adalah berdasarkan petunjuk Leopold Stokowsky, seorang conductor Orchestra Symphony pada masa itu. Kedatangan beliau ke Indonesia melalui Dewan Gereja Indonesia (sekarang PGI), pada akhirnya dipertemukan dengan E. L. Pohan. Selanjutnya, DR. John Finley Williamson mengunjungi SGA Kristen dan membentuk Paduan Suara siswa di sana dan diberi nama “Williamson Choir”, di mana Ronald Pohan terpilih sebagai salah satu anggotanya. Paduan Suara ini pada akhirnya mengadakan concert di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jl. Merdeka Selatan Jakarta, dengan dipimpin langsung oleh DR. John Finley Williamson sebagai conductor-nya.

Peran Sang Ayah, E. L. Pohan

Selama Ronald Pohan menempuh pendidikan di SGA Kristen, beliau mendapat pelajaran musik dari E. L. Pohan sebagai guru Seni Suara. Dalam hal-hal tertentu beliau memiliki persepsi tersendiri mengenai kepribadian ayah sekaligus gurunya itu. Ayahnya sering mengatakan, bahwa “di sekolah, saya gurumu…., di rumah, saya bapakmu…, di lapangan, saya kolegamu”. Demikian ungkapan ayah beliau dalam maksud membentuk kepribadian seorang Ronald Pohan dalam kehidupan kesehariannya. Sosok seorang ayah bagi Ronald Pohan benar-benar merupakan figur yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan yang dicapainya, baik dalam membentuk pola kepribadian, karakter maupun pengetahuan-pengetahuan musik. Beliau melalui ayahnya dididik dengan cara-cara yang praktis demi membangun karakter dan kepribadian, dan bukan hanya sekedar kemampuan intelektual semata. Sebagai contoh, ayah beliau pernah mengatakan ketika beliau memimpin Paduan Suara dalam Pesparawi Tingkat DKI Jakarta, “kamu bukan anakku”. Ungkapan ini disampaikan ketika pada waktu itu Paduan Suara yang dipimpin oleh Ronald Pohan tidak memperoleh juara, akan tetapi pada tahun berikutnya untuk even yang sama, Paduan Suara yang dipimpinnya mendapat juara, sehingga sepulangnya beliau ke rumah, ayahnya langsung mengatakan “Nah, itu baru anakku!”. Ungkapan-ungkapan yang seperti ini bukanlah sekedar ungkapan tanpa makna, akan tetapi dibalik semua itu, beliau melalui ayahnya diajarkan untuk berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan suatu pekerjaan. Prinsip-prinsip seperti ini yang senantiasa terpatri dalam kehidupan beliau, termasuk dalam kehidupan bermusiknya, dan tercermin pula dalam komposisi-komposisi musikalnya.

Pendidikan Musik Formal di Indonesia

Pada tahun 1962, beliau menamatkan pendidikannya di SGA dan melanjutkan ke FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Jurusan Musik Universitas Indonesia, yang kemudian menjadi IKIP. Semasa beliau menempuh studi di sana, beliau memperoleh pendidikan musik, khususnya Sejarah Musik dari Amir Pasaribu (beliau kemudian pindah ke Puerto Rico menjadi pengajar di sana sebagai seorang Profesor Musik). Kepindahan beliau ke Puerto Rico membuat Ronald Pohan merasa sangat kehilangan, dan di sisi lain beliau menyerahkan tanggung jawab yang besar kepada Ronald Pohan untuk menangani Paduan Suara Mahasiswa, di mana Ronald Pohan masih berada pada tingkat II dalam perkuliahan. Ronald Pohan sendiri merasa belum mampu untuk menerima tanggung jawab sebesar ini, akan tetapi pada akhirnya Ronald Pohan merasa sedikit lega dengan diperolehnya kesempatan menjadi murid dari Rudy Laban, seorang Pianis dari Paris Conservatory of Music. Kesempatan ini dapat dikatakan sebagai kesempatan emas karena dari sekian mahasiswa yang menjadi kandidat murid, hanya 2 orang yang terpilih, termasuk Ronald Pohan sendiri. Di mata Ronald Pohan, Rudy Laban adalah seorang pedagog yang hebat, di mana beliau mendapat Grand Prac di Paris Conservatory of Music. Melalui beliau, Ronald Pohan dididik dan dibimbing bukan hanya dalam bidang musik Piano saja, tetapi dalam bidang komposisi, sejarah musik, analisa musik, vokal, conducting dan Paduan Suara. Sebagai contoh, ketika Rudy Laban menjadi juri dalam PESPARANI se-DKI, Ronald Pohan langsung menemui beliau setelah penampilan bersama Paduan Suara dengan maksud meminta pendapat beliau mengenai kualitas dan performance Paduan Suara yang dipimpinnya. Beliau memberikan petunjuk-petunjuk, sampai pada suatu waktu beliau mengatakan bahwa “…sekali ini, saya tidak dapat berkomentar. Pembawaan musikalnya bagus.” Pada tahun 1965, kegiatan perkuliahan di Universitas Indonesia terhenti akibat peristiwa pemberontakan G30S/PKI pada tanggal 30 September 1965. Beliaupun sebagai seorang mahasiswa mengambil bagian dalam Gerakan Mahasiswa Anti PKI pada waktu itu. Setelah peristiwa itu, pada tahun 1966, kegiatan perkuliahan dilanjutkan kembali dan beliau menyelesaikan studinya sampai pada tahun 1968, dan menjadi tenaga pengajar di SGA Santa Maria, di Jl. JR. H Juanda selama 1 tahun.

Westminster Choir College-Rider University

Pada tahun 1969, Ronald Pohan memperoleh beasiswa dari World Council of The Churches untuk memperoleh pendidikan di luar Indonesia. Berbagai universitas di benua Amerika dan Eropa seperti Cambridge University, Harvard University, Oxford University, Routledge University, Hamburg University serta sejumlah universitas-universitas lainnya, ditawarkan untuk memperoleh pendidikan di sana, akan tetapi beliau memutuskan untuk menempuh pendidikan di Westminster Choir College, Princeton, New Jersey, USA. Westminster Choir College ini adalah bagian dari Rider University di Princeton, New Jersey. Adapun persyaratan yang harus ditempuh beliau sebagai calon mahasiswa yaitu mengikuti ujian di Jakarta dengan materi ujian yang dikirim langsung dari Westminster Choir College di Princeton, New Jersey melalui Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta dengan diawasi secara langsung oleh pihak yang ditetapkan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat. Pihak yang ditetapkan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat adalah orang yang benar-benar dijamin kompetensi dan netralitasnya. Beliau kemudian menempuh ujian di YPM (Yayasan Pendidikan Musik) Jakarta, dan hasilnya kemudian dibawa ke Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk dikirim langsung ke Westminster Choir College di Princeton, New Jersey, USA. Demi menempuh pendidikan ini, beliau memperoleh dukungan dari Dewan Gereja Indonesia dan Sekolah Tinggi Theologia Jakarta. Persyaratan lainnya adalah, dikarenakan beliau mengambil jurusan Sacred Music dengan major-nya adalah voice, beliau diwajibkan melakukan pementasan komposisi musikal secara terekam melalui tape recorder dan dikirim ke Westminster Choir College untuk diuji kelayakannya. Setelah beliau menanti beberapa waktu, pada akhirnya beliau dikabarkan untuk segera berangkat ke Westminster Choir College di Princeton, New Jersey, USA. Keberangkatan beliau ke Princeton pada tahun 1969 bersama-sama dengan Aida Simanjuntak (Ibu Aida Swenson Simanjuntak), yang juga mengalami proses yang sama untuk menempuh pendidikan ini. Setibanya di Princeton, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Beliau beranggapan, bahwa proses ujian masuk sebagai calon mahasiswa telah berakhir di Jakarta pada beberapa waktu sebelumnya, akan tetapi di Westminster Choir College, calon mahasiswa harus menempuh ujian dengan materi yang lebih spesifik termasuk materi musik dan non musik (World History, History of Art, Churches History, Anatomi Tubuh, Linguistik, dan sebagainya), di mana materi-materi non musik ini diuji berdasarkan kompetensi yang akan diambil oleh calon mahasiswa termasuk beliau dalam kaitannya dengan Sacred Music dengan major voice. Adapun konsekuensi dari ujian ini adalah apabila calon mahasiswa yang bersangkutan tidak lulus, maka akan dikembalikan ke negara asal. Dalam bidang voice, beliau dihadapkan dengan Dewan Penguji yang terdiri dari beberapa dosen dan guru besar. Untuk ujian Linguistik khusus Bahasa Inggris, beliau dinyatakan tidak lulus, sekalipun beliau telah menempuh ujian ini sepanjang hari (pagi sampai sore), akan tetapi di sisi lain, beliau lulus dalam ujian kemampuan dan pengetahuan musik. Setelah dinyatakan lulus, beliau ditempatkan pada tingkat Sophomore dan bukan pada tingkat Elementary atau tingkat dasar. Leadership Development Presbyterian Church di New York merupakan sponsor yang ditunjuk oleh World Council of The Churches untuk mengawasi dan menyediakan kebutuhan mahasiswa selama menempuh studi di Westminster Choir College, Princeton, New Jersey. Di lain pihak, sponsor mengharuskan beliau untuk memperoleh rekomendasi dari The Council of Westminster Choir College (Dewan Guru Besar) selama 1 tahun mengenai kelayakan dan kemampuan menyelesaikan studi. Hal ini dikarenakan dalam bidang Linguistik (Bahasa Inggris) yang ditempuh beliau pada ujian masuk dinyatakan tidak lulus. Apabila nantinya beliau tidak memperoleh rekomendasi dalam jangka waktu yang ditetapkan, maka beliau diharuskan pindah ke universitas lain di New York untuk melanjutkan studi di sana.

Karier Studi Musik di Westminster Choir College

Dengan perjuangan dan kerja keras selama 1 tahun, beliau menempuh kuliah Bahasa Inggris pada musim libur di Rider University yang merupakan induk dari Westminster Choir College, pada akhirnya dinyatakan lulus dan memperoleh rekomendasi dari The Council of Westminster Choir College dengan nilai tertinggi. Selama beliau menempuh pendidikan musik di Westminster Choir College, beliau memperoleh berbagai pelajaran antara lain mengenai voice dari Robert Simpson, dan melanjutkan studi mengenai voice pada Miss Louis Loverty, dan Vocal Paedagogy pada Herbert Pete. Untuk bidang Choral Conducting dan Orchestral Conducting, beliau dididik oleh Robert Cartwhiten dan DR. Joseph Flummerfelt, di samping mata kuliah lainnya yang sifatnya musikal dan non musikal. Pada saat summer session, atas izin sponsor serta dipicu oleh keingintahuan mengenai status dan kedudukan musik dalam kehidupan dan di tengah-tengah bidang seni lainnya, beliau mengambil studi di Rider University untuk bidang Visual Art, Theatre Music, Film Music, Psychology of Music dan English Literature, di mana untuk setiap bidang ini, masing-masing mata kuliah hanya ditempuh selama 1 bulan (senilai dengan 1 semester perkuliahan). Dalam keberadaannya di Westminster Choir College, sebagaimana mahasiswa-mahasiswa lainnya, beliau diharuskan menjadi anggota Westminster Symphonic Choir. Beliau semasa menjadi anggota Westminster Symphonic Choir melakukan sejumlah pementasan bersama dengan beberapa Symphony Orchestra seperti American Symphony Orchestra dari Carnigie Hall, Lincoln Centre Philharmonic Symphony, Philladelphia Symphonic Orchestra, Pittsburgh Symphony Orchestra, dan beberapa kelompok Symphony Orchestra maupun Philharmonic Orchestra lainnya di Amerika Serikat. Semasa menempuh studi di Westminster Choir College, beliau memperoleh studi dan bimbingan langsung dari berbagai komposer, pedagog vokal, dan conductor antara lain; Leopold Stokowsky, Leonard Bernstein, Von Karayan, Eugene Ormandy, William Steinberg, Antal Doratti, Zubin Mehta, Lorin Mazel, dan lain-lain. Beliau menjadi anggota Westminster Symphonic Choir yang dibawahi oleh Westminster Choir sekaligus menjadi anggota dalam kelompok Paduan Suara utama tersebut. Keanggotaan Westminster Choir terdiri dari 40 orang yang diseleksi melalui ujian berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan musik dan seni secara umum, di mana setiap calon anggota diuji dihadapan Dewan Penguji yang terdiri dari 10 orang yang berpredikat Professor of Music dan bukan pengajar biasa. Setelah calon dinyatakan lulus, dilanjutkan dengan ujian secara perorangan yang dilakukan oleh conductor yang dikontrak oleh pihak Westminster Choir College selama 1 tahun. Keanggotaan untuk paduan suara Westminster Choir ini hanya berlaku selama 1 tahun, dan apabila hendak memperpanjang masa keanggotaan harus menempuh ujian yang sama sebagaimana halnya untuk kandidat baru. Adapun beliau ketika menempuh ujian untuk menjadi anggota Westminster Choir, bukan hanya sekedar mutu dan kemampuan musikal, akan tetapi menyangkut kemampuan untuk tetap mengikuti perkembangan perkuliahan dalam hal mata kuliah yang dikontrak, yang berkenaan dengan tour concert yang dilakukan bersama Westminster Choir selama 1 tahun. Apabila yang bersangkutan tiba pada masa ujian perkuliahan, mahasiswa anggota Westminster Choir diwajibkan memiliki kemampuan untuk mengikuti ujian dengan mahasiswa yang bukan anggota Westminster Choir. Pada tahun 1971, beliau menjadi anggota Westminster Choir, beliau menjadi penyanyi Solo bersama dengan choir dan memperoleh award atau penghargaan dari pihak Westminster Choir College.

Bimbingan Musik dari DR. Malcolm Williamson

Dalam tahun yang sama pula, Westminster Choir College mendapat kunjungan dari seorang komposer kebangsaan Inggris yaitu DR. Malcolm Williamson. Beliau adalah murid dari komposer Olivier Messian, di mana beliau adalah sebagai minister of music dari gereja Kerajaan Inggris yaitu Westminster Abbey di London. Pada masa itu, beliau diakui sebagai seorang komposer dan conductor kelas dunia, dan beliau ditugaskan oleh pihak Kerajaan Inggris untuk tinggal sebagai staf pengajar di Westminster Choir College untuk berkarya dan mengadakan pementasan musikal bersama Westminster Choir selama 1 tahun atas nama Westminster Choir College. Melalui beliau, Ronald Pohan memperoleh pelajaran mengenai ilmu komposisi, sejarah musik, analisa, conducting, dan vokal. Adapun untuk menjadi murid yang dibimbing langsung oleh DR. Malcom Williamson, setiap calon murid harus membuat sebuah komposisi musikal yang akan dinilai di hadapan Dewan Penguji dan seluruh civitas academica Westminster Choir College, dan calon murid yang akan diterima hanya berjumlah 5 orang saja. Sempat muncul pertanyaan dalam diri Ronald Pohan sendiri. “Apakah saya berbakat?”. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, Ronald Pohan menciptakan sebuah komposisi berjudul “Born in Betlehem” dengan suasana tematik Timur Tengah, dan pada akhirnya usaha ini membuahkan hasil, di mana dari sekian banyak calon murid, hanya 5 orang yang terpilih termasuk Ronald Pohan sendiri. Dalam kaitannya antara pembelajaran komposisi yang ditempuh beliau pada DR. Malcom Williamson, sebagai seorang mahasiswa diharuskan untuk mempersiapkan karya terbaru untuk dikoreksi. Beliau bersama dengan rekan-rekan mahasiswa lainnya memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk bertanya tentang hal ikhwal komposisi musik, akan tetapi demi melengkapi kemampuan dan mengejar ilmu, beliau bersama rekan-rekan lainnya berusaha menempuh pembelajaran ini sekalipun di luar silabus kurikulum perkuliahan. Sebagai contoh, beliau harus menempuh mata kuliah Instrumentation atau Orchestration untuk mengenal dunia dari setiap instrumen, sekalipun untuk bidang mayor dalam Sacred Music adalah voice. Pada suatu waktu, dalam pembelajaran komposisi pada DR. Malcolm Williamson, beliau memiliki seorang sahabat bernama David McClinton, seorang Negro dengan mayor pipe organ. Ia adalah seorang yang memiliki kemampuan luar biasa, mampu menciptakan 100 Hymne dalam sehari. Keinginan beliau untuk menjadi seperti itu diutarakan pada DR. Malcom Williamson, akan tetapi beliau hanya mengatakan kepada Ronald Pohan, “kamu tidak perlu menjadi seperti itu. Saya sudah melihat komposisi-komposisi kamu, you have to be universal”, katanya sembari menunjuk tuts piano dari ujung ke ujung. Pengalaman-pengalaman ini turut membentuk kepribadian Ronald Pohan dan tercermin pula dalam sejumlah karya-karyanya. Dalam masa pendidikan di Westminster Choir College, beliau memperoleh pelajaran komposisi musik dari guru DR. Malcom Williamson yaitu Olivier Messian, dan pada akhirnya beliau dipilih untuk mementaskan karya terbaru Olivier Messian (Gala Premiere) yaitu “The Transfiguration” di Lincoln Centre Hall, Washington DC. Pada masa studi beliau ini, sering diadakan kompetisi bagi para mahasiswa untuk dipilih dalam pementasan musik yang akan dilaksanakan di seluruh negara bagian Amerika Serikat dan beberapa negara dan kota besar di Eropa. Pada tahun 1971, beliau terpilih sebagai soloist dalam kompetisi ini, dan melakukan pementasan di 50 negara bagian Amerika Serikat dan di Eropa untuk karya G. F. Handel yang berjudul “Messiah” bersama dengan Ford Lauderdalle Symphonic Orchestra, Florida. Pada penampilan beliau ini, oleh seorang conductor, beliau dikatakan “you are hit here now”. Akan tetapi pujian-pujian yang seperti itu bukanlah sesuatu yang membuat motivasi untuk belajar semakin memudar, melainkan semakin memacu jiwa seorang Ronald Pohan untuk terus belajar dan berkarya.

Pandangan dan Filosofi

Dalam suatu pembicaraan, beliau mengatakan bahwa :

“bukan urusanmu untuk menilai karyamu. Biarkan masyarakat dan dunia yang menilai bagus tidaknya apa yang kau perbuat, 
 yang terutama adalah apabila melalui karyamu orang-orang akan bertobat dan memuliakan Tuhan,
 jadi penilaian yang sesungguhnya adalah dari Tuhan”.

Ungkapan beliau ini memberikan suatu pemahaman, bahwa karya bukanlah suatu tolok ukur melainkan buah-buah apa yang dihasilkan melalui karya yang dibuat, dan sesungguhnya hal-hal yang demikian tidak membuat manusia untuk berhenti berkarya dan berpuas diri melainkan senantiasa melakukan yang terbaik. Ketika menjadi anggota Westminster Choir, beliau mendapat pelajaran mengenai vocal drill, psikologi dan penerapannya dalam komposisi melalui seorang conductor yaitu Roger Wagner. Roger Wagner memberikan pembelajaran berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pentas ke pentas yang dilakukan pada saat tour concert bersama Westminster Choir. Pada masa ini, beliau mengadakan tour concert di seluruh negara bagian Amerika Serikat, Eropa, bahkan sampai ke Spoletto, Italia. Dalam pembelajaran berdasarkan pengalaman yang diperoleh beliau bersama Roger Wagner, beliau diajarkan untuk melihat perbedaan-perbedaan antar peserta festival atau concert dalam hal phonetic dan diksi.

Karier Musik

Pada waktu pementasan di kota Spoletto, Italia, beliau mendapatkan penghargaan sebagai “The Ambasador”. Dalam pementasan di Spoletto ini, beliau bersama anggota choir yang lain mengikuti festival (tidak dipertandingkan, tetapi wajib pentas. Dalam festival ini dilangsungkan kegiatan “Pentas Karya dari Artis ke Artis”, di mana penonton umum tidak diperkenankan hadir, dan ditampilkan beberapa Cantata, karya J. S. Bach dengan diiringi Orchestra dengan dipentaskan oleh pemenang audisi. Beliaupun mengikuti audisi tersebut dan pada akhirnya terpilih untuk mementaskan karya tersebut. Pada saat beliau selesai mementaskan karya tersebut, sekelompok penonton bersorak mengatakan “Bach just come out”. Melalui pementasan tersebut, beliau memperoleh award atau penghargaan “Coro Artisto”. Masa studi beliau diselesaikan pada tahun 1973 dan kembali ke Indonesia. Setibanya di Indonesia, beliau diminta untuk menjadi tenaga pengajar (dosen) di LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) dan Akademi Musik. Pada tahun 1974, beliau terpilih sebagai ketua Akademi Musik. Setelah beliau menyelesaikan masa tugasnya, beliau ditempatkan sebagai staf ahli pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah DKI Jakarta, dan selama itu beliau dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan dan program-program pemerintah untuk musik Ansambel, Bina Musik Paduan Suara di tingkat daerah dan tingkat nasional. Pada tahun 1978, oleh Dewan Gereja Indonesia (DGI), beliau ditugaskan untuk memenuhi undangan Vereignte Evangelische Mission di Jerman dalam rangka Yubelium Nomensen untuk mengisi acara di 30 kota di Jerman dan Swiss dengan membentuk Vocal Group. Pada tahun 2001, beliau diundang ke Auckland oleh St. Andrew Church untuk mengadakan pelatihan dan concert dalam rangka kegiatan Pray for Indonesia (Doa Bagi Indonesia), yang turut dihadiri pula oleh Duta Besar RI dan mantan Perdana Menteri New Zealand. Beberapa tahun kemudian yaitu tahun 2007, International Comitte for Who is Who in Choral Music in The World mencari 1000 tokoh musik dan Paduan Suara di seluruh dunia untuk dicantumkan dalam Encyclopedy Who is Who in Choral Music in The World 1st Edition. Beliau memperoleh kehormatan ini, di mana beliau dicantumkan dalam daftar 1000 tokoh komposer Paduan Suara Dunia di bawah label “Indonesia and composer profecy”, dan pada tahun 2011, beliau dipercayakan sebagai Dewan Pembina oleh Yayasan Musik Gereja Indonesia (YAMUGER).

View the Wikipedia article on Ronald Pohan.

Daftar Komposisi Musik

  • Bukakan Pintu Kasihmu (Open Thy Gates of Love)
  • Pesan Rembulan dan Mentari (The Sun and The Moon Messages)
  • Dendang Paduan Suara
  • Elegi Kehidupan
  • Siapakah Kami
  • Mazmur 150
  • Mazmur 121
  • Jangeran
  • Madah Kasih
  • Aku Mau Bernyanyi
  • Dewa Ayu
  • Temaram
  • Mars Remaja GMIM
  • Himne Remaja GMIM
  • Himne Pemuda GMIM
  • Nyanyian Pujian
  • Seuntai Manikam
  • Tinggal Sertaku
  • Sepenggal Asa


Click here to search for this composer on CPDL

{{DEFAULTSORT:Pohan, Ronald